Opini  

Analisis Semantik Leksikal Kosakata pada Tenun Ikat Tradisonal Desa Wairkoja Kabupaten Sikka

Analisis Semantik Leksikal Kosakata pada Tenun Ikat Tradisonal Desa Wairkoja Kabupaten Sikka
Analisis Semantik Leksikal Kosakata pada Tenun Ikat Tradisonal Desa Wairkoja Kabupaten Sikka

Oleh Trisnawati Bura, M.Pd  dan Sitti Amina, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Maumere. Email : trisnabura@gmail.com, sittiamina993@gmail.com

Pendahuluan

Kain tenun ikat tradisional desa Wairkoja adalah salah satu kekayaan warisan budaya daerah kabupaten Sikka tepatnya di desa Wairkoja yang mencerminkan adat istiadat, kebudayaan, dan kebiasaan budaya dalam kehidupan masyarakat, khususnya kaum wanita  yg pekerjaan nya suka menenun di lakukan secara manual dengan memanfaatkan alat tenun  bukan mesin (ATM).

Atau dengan alat tenun  gedongan yang lebih mendasar perkembangan lain tenun ikat sebagai wisata budaya, yg di kenakan setiap kali ada peristiwa keluarga, budaya, sosial, dan keagamaan masyarakat menggunakan kai  tersebut sebagai identitas dari suatu daerah.

Abstract

This research aims to describe lexical meaning, components of meaning, types of meaning, and semantic roles that can be seen from tools, motifs, materials and results. Lexical semantics investigates the meaning of the language’s lexemes. Therefore, the meaning contained in such a lexeme is called lexical meaning. Lexeme is a term commonly used in semantic studies which refers to meaningful language units.

This research uses a descriptive method. Descriptive research aims to present a complete picture of a social setting or is intended for exploration and clarification of a phenomenon or social reality, by describing a number of variables relating to the problem and unit under studybetween the phenomena under test.In this research, the researcher has a clear definition of the research subject and will use who questions to dig up the information needed.

The data for this research are words that contain vocabulary in traditional ikat weaving used by the Maumere community, precisely in WAIR KOJA Village, Kewapante District, Sikka Regency.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan  makna   leksikal,   komponen makna,  jenis  makna,  serta  peran  semantis yang  dapat  dilihat  dari  alat,  motif,  bahan, dan hasil.

Semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang terdapat dalam leksem demikian disebut dengan makna leksikal. Leksem merupakan istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik yang menyebutkan akan satuan bahasa bermakna.

Penelitian  ini  menggunakan metode  Deskriptif.  Penelitian Deskriptif tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau  di maksud kan  untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu  fenomena  atau kenyataan sosial,dengan jalan mendeskripsikan sejumlah  variabel yang berkenaan  dengan masalah  dan unit  yang di teliti  antara fenomena yang di uji.

Dalam penelitian ini, peneliti  telah memiliki definisi  jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam  menggali informasi yang di butuhkan.

Data penelitian  ini adalah kata-kata yang mengandung kosakata pada tenun ikat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Maumere tepatnya di Desa WAIR KOJA Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka.

Metode penelitian

Sumber  data  dalam  penelitian  ini  adalah menggunakan Teknik wawancara  dengan salah satu warga masyarakat Desa WAIR KOJA Yang bernama Anastasia tince atau biasa di panggil mama ana.kebetulan beliau adalah salah satu warga  desa wairkoja, dan melalui bantuan mama ana dapat memberikan keterangan mengenai kosakata yg berkaitan dengan makna leksikal dalam bahasa daerah desa wairkoja yg ada di wilayah Kabupaten Sikka .Berdasarkan  hasil  analisis  data  penelitian ditemukan  bahwa   ada  tiga  makna  yang  terdapat  dalam  penelitian  ini  yaitu makna   leksikal,   makna   gramatikal,   dan   makna   kolokatif.

Hasil   analisis   dari submasalah  yang  ada  dalam  penelitian  ini  yaitu  pendeskripsian  makna  leksikal, komponen   makna,  jenis   makna,  dan   peran  semantis   kosakata  pada   tenun   ikat tradisional Desa Wairkoja yaitu : terdapat 18 kosakata  pada  tenun  ikat  tradisional  Desa Wair Koja Kabupaten Sikka berupa motif, 12 kosakata berupa  alat, 8  kosakata  pada  tenun  ikat  tradisional Desa Wair Koja wilayah Kabupaten Sikka berupa bahan, ini menjadi sasaran dasar peneliti karena memiliki ketertertarikan  akan  nilai  budaya  beserta  khazanah  makna  dari  setiap daerah  yang  ada  belum  tertanam  betul  dalam  hati  masing-masing  individu.  Hal ini  dikarenakan  setiap  individu  tidak  menganggap  nilai  budaya  yang sarat  akan  makna bukanlah  sebuah  identitas  yang  perlu  diakui dan  menganggap memahami  budaya  apalagi  kearifan  lokalnya  bukan  penunjang  bahwa  itu  termasuk pendogkrak  popularitas. Padahal  kita  sama-sama tahu bahwa  budaya  menunjukan bangsa,  batik  kita  dikenal  di  hampir  seluruh  dunia.

Adat  istiadat  kita  mulai  diminati oleh  bangsa  lain,  akan  tetapi  tidak  bagi  kita,  kita  yang  memiliki  budaya  tersebut. Tidak hanya masyarakat yang kita hitung secara nasional, tetapi masyarakat yang kita hitung secara lokal saja, dan hampir mengganggap budaya lokal yang mereka miliki tidak penting  untuk  dipahami,  cukup  diketahui  saja  sepintas .  Memahami  budaya daerah haruslah  dari  perangkat  terkecil  yang  ada  pada  budaya  tersebut,  mengenal  kerajinan tenun yang  dimiliki  tiap-tiap  daerah  termasuk  salah  satu daerah desa wairkoja pemahaman  tentang  budaya masing masing daerah asal usul tanah kelahiran nya.

Di setiap kerajianan sarat  akan  makna, misalnya   dari   sebuah kerajianan tenun, terkandung banyak sekali makna, baik dari motifnya atau alat-alat  yang digunakannya. Hal  inilah  yang  membuat  peneliti  tertarik  untuk  meneliti  mengenai analisis  semantik leksikal kosakata pada tenun ikat tradisional Desa wairkoja di wilayah Kabupaten Sikka Kedua, sepengetahuan  penulis  penelitian  mengenai  analisis  semantik  leksikal  kosakata  pada tenun ikat tradisional  Maumere  Desa wairkoja belum pernah dilakukan sebelumnya. Alasan peneliti memilih kosakata sebagai objek yang dianalisis karena kosakata merupakan  kumpulan  kata  atau  khazanah  kata  yang  disebut  juga  sebagai leksikon yang merupakan  perbendaharaan  kata. Memahami  kosakata melalui  media  kerajinan di suatu daerah asal yg di identik dengan Tenun tradisional yg di miliki masing masing daerah setempat.

Salah satunya yaitu daerah Desa Wair Koja wilayah Kabupaten Sikka berupa tenun ikat tradisional yang dimiliki oleh  Desa wairkoja merupakan wadah pemerkaya  dalam  perbendaharaan  kata.  Hal  ini  juga  mampu  menarik  perhatian khalayak mengenai budaya yang kita miliki. Bahwa dalam kerajinan tenun seperti ini, banyak  sekali  makna  yang  terkadung  dan  setiap  torehan  motif  yang  dibuat  pun kebanyakan   menggambarkan kehidupan sehari-hari.

Arti Simbolik

Motif kain tenun yang mempunyai arti simbolik antara lain utang moko yang digunakan untuk upacara perladangan, utang breke sebagai upacara tolak bala, utang jarang atabian sebagai upacara kematian.

Lalu utang merak sebagai pakaian pengantin perempuan, utang mitang merupakan motif untuk orang tua, utang wenda merupakan motif hidup bahagia, utang rempe sikk bersimbol hidup rukun.

Ada juga utang mawarani bersimbol bintang kejora dan utang sesa weor digunakan buat pengantin yang dilambangkan burung murai berpasangan.

Fungsi dan Pesan Moral

Fungsi dari kain tenun Sikka sebagai pakaian sehari-hari dari masyarakat Sikka. Namun kain tenun ini ternyata juga dijadikan sebagai mas kawin (belis) dan upacara-upacara adat orang Sikka.

Kain tenun biasa dipakai untuk sarung perempuan (utang), sarung pria (lipa) dan ikat kepala (lensu). Pesan moral edukatif tentang kain tenun dalam adat budaya Sikka adalah Dua utang ling labu weling yang artinya kain sarung dan baju setiap wanita haruslah bernilai, berharga.

Oleh  karena  itu,  peneliti  menggunakan semantik  leksikal  sebagai  pisau  dalam bah@sa daerah tradisional wairkoja KIAT bedah  dalam  menganalsis  kosakata  pada  tenun  ikat tradisional Maumere  Desa wairkoja Prawirasumantri (1997:7) mengungkapkan bahwa yang menjadi  objek  kajian  dalam  semantik  leksikal  adalah  leksikon  dari  suatu  bahasa. Semantik leksikal mengkaji makna yang ada pada leksikon yang belum dimasukan ke dalam konteks, baik konteks gramatika maupun konteks wacana.

Tenun  ikat  dianggap  masyarakat sebagai asset budaya yang  harus  tetap  dijaga dan terus     dipelihara keberadaannya sehingga generasi generasi mendatang bisa mengenal dan mengetahui tenun ikat tradisional Maumere Desa Wairkoja. Dahulu tenun ikat ini diyakini oleh buyut-buyut atau nenek moyang kita terdahulu sebagai  bentuk pengambaran   terhadap   suatu   peristiwa  yang sedang terjadi. Desa Wair koja menyakini bahwa dengan menenun mampu menonjolkan ciri khas budaya daerah Maumere Desa Wairkoja. Tenun yang dihasilkan menyimpan makna tersendiri dan bersifat tradisional.

Tenun Ikat Tradisonal Desa Wair Koja Kabupaten Sikka
Tenun Ikat Tradisonal Desa Wair Koja Kabupaten Sikka

Dengan  tujuan  mendapatkan  data  yang  sesuai  dengan  masalah  yang  diangkat. Peneliti  menggunakan  teknik  pengamatan  langsung  dimulai  tanggal  23 novembar 2023.

Peneliti   mengamati   secara   langsung   ketika   narasumber   memberikan   informasi mengenai tenun ikat tradisional  Desa wairkoja yang ada di wilayah Kabupaten Sikka

Wawancara langsung dengan narasumber Peneliti  melakukan  wawancara  langsung  dengan    narasumber    dengan melakukan percakapan dan tanya jawab secara langsung bernama anastasia tince yang bisa di sebut mama ana sebagai proses.

Proses wawancara dilakukan hanya  berkaitan  dengan  tenun  ikat  tradisional Desa Wairkoja  motif  yang  di  tenun,  alat yang digunakan, bahan yang dipakai, serta hasil dari tenun ikat tradisional tersebut.

Dan mama ana pun menerangkan Beberapa motif dalam tenun ikat di Kabupaten Sikka adalah :

1. Utang Kelang Dala Mawarani Sarung dengan lukisan atau figurasi bintang timur yang melambangkan kekuatan dan harapan bagi yang mengenakan.

2. Utang Naga Lalang Sarung dengan lukisan gambar ular naga sebagai simbol kekuatan dan harapan.

Makna dari motif -motif yang dibubuhkan dalam tenun ikat tradisional Desa Wairkoja.

Narasumber  bukan  hanya  bertutur kata  tetapi  juga  menunjukan  sebauh  buku  yang  berisi  motif  yang  mana  kemudian beliau  menjelaskan  makna  dari  motif  tersebut.  Meskipun  memberikan  informasi mengenai tanun ikat tradisional daerah maumere desa Wairkoja, namun peneliti juga mendapatkan kendala  dari  informasi  yang  diberikan  oleh  narasumber.

Hal  ini dikarenakan mama ana terkendala  dalam  masalah  mengingat  banyaknya  motif  yang  bermakna  dalam tenun ikat tersebut.

Ikat Tenun Sikka memiliki kekhasan dan sangat populer baik nasional maupun internasional karena masing-masing motif mempunyai pesan moral tersendiri dan dapat dibedakan dengan jelas dari motif-motif daerah lain yang ada di Indonesia dan menjadi ikon Pemerintah wilayah Kabupaten Sikka.

Ada beberapa motif yang sering dituangkan dalam menenun kain tenun Sikka ini antara lain:

  1. Motif binatang jantan dan betina seperti kuda, rusa, buaya, kadal, ular, naga, ikan, gurita, ketam, udang, ayam, murai, elang dan kakatua
  2. Motif tumbuh-tumbuhan seperti pohon tanpa identifikasi dan sayur-sayuran
  3. Motif empat kaki ayam adalah pars pro toto bagi ayam atau ayam naga, pengaruh lukisan bentuk naga pada berbagai tembikar cina
  4. Motif merak, musang dan kalong

Alat  yang  digunakan  untuk  mengumpulkan  data  dalam  penelitian  mengenai kosakata  pada  tenun  ikat  tradisional  maumere Desa Wairkoja yaitu  peneliti  sendiri  sebagai instruman kunci. Dalam pengumpulan data peneliti memerlukan prosedur kerja yang terencana, terarah, dan sistematik.

Oleh karena itu peneliti perlu melakukan persiapan dalam mengumpulkan data yang ingin diperoleh dengan cara berikut:

1.Persiapan  alat-alat  instrumen  tulis  seperti buku prosess  transkripsi,  terjemahan, membaca kembali, identifikasi data, klasifikasi data, dan  bukuncatatan,  daftar  wawancara, pensil., pulpen

2.Persiapan  penanganan  seperti  melakukan  analisis.

3.Daftar pertanyaan  yang  jawabannya mengacu  pada  penyampaian  kosakata pada tenun ikat tradisional  dalam bahasa daerah maumere tepatnya Desa Wairkoja.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Melakukan  proses   wawancara  untuk   memperoleh   informasi   mengenai kosakata pada tenun ikat tradisional maumere Desa Wairkoja

2. Menterjemahkan kosakata yang  disampaikan  oleh  informan  dari  bahasa Daerah maumere Desa wairkoja ke dalam bahasa Indonesia.

3.Mengidentifikasi   dan   mengklasifikasikan   data   yang   berkaitan   dengan masalah penelitian.

Pengujian   keabsahan   data   dilakukan   dalam   penelitian   ini   adalah

Membaca kembali kosakata yang telah didapatkan dari informan  untuk memastikan   kebenaran   dan   keakuratan   data   yang   diperoleh.   Untuk   melakukan pengecekan  keabsahan  data,  yang telah di peroleh informasi tersebut meneliti tentang kosakata Langkah-langkah  yang  dilakukan  dalam  menganalisis  data  adalah  sebagai berikut:

a.TranskripsiTranskripsi adalah pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis, biasanya dengan mengambarkan   setiap   bunyi   dengan   satu   lambang.

Pada   penelitian   ini,   hasil wawancara diubah ke dalam bentuk tulisan agar lebih mudah diteliti

  1. Penerjemahan Pada tahap    penerjemahan    data    yang    teleh    ditranskripsikan,    kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis data.
  2. Klasifikasi Data-datanya penelitian    berupa    kosakata    pada    tenun    ikat    tradisional    yang akan dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan submasalah yang diteliti.
  3. Analisis Data Setelah melakukan  proses  transkripsi,  penerjemahan,  dan  pengklasifikasian langkah    selanjutnya    adalah    menganalisis    yang    telah    diklasifikasikan    untuk menemukan  penyelesaian  masalah-masalah  dalam  rencana  penelitian  yaitu  berupa analisis data berdasarkan jenis makna dan berdasarkan komponen makna.
  4. Penarikan Simpulan Data yang  telah   melewati   proses   analisis,   selanjutnya   disimpulkan   untuk memperoleh   gambaran   secara   menyeluruh   mengenai   kosakata   pada   tenun  ikat tradisional daerah  Maumere desa Wairkoa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

pada  tenun  ikat  tradisional  daerah maumere  Desa wairkoja ditemukan  kosakata berupa  motif, kuda(jarang) ,manusia[biang]  kosakata  pada  tenun  ikat tradisional Maumere Desa  wairkoja kecamatan kewapante ditemukan  kosakata berupa   alat-alat yakni:

Kosakata  pada tenun ikat tradisiosonal bahasa maumer kain [lipa)dompet ()topi

Berdasarkan  pengamatan  dilapangan  mulai  dari  motif,  alat,  bahan, dan  hasil  dari  temuan  kosakata  pada  tenun  ikat  tradisional  maumere Desa wairkoja

Dari  segi  bahan,  selain  pewarna  alami  masyarakat  sudah mulai  menggunakan  pewarna  non  alami,  yaitu  berbahan  dasar  pewarna  tekstil,  dan juga sudah mampu mengkombinasikan warna-warna yang ada.Berdasarkan hasil analisis yang terdapat dalam penelitian ini memiliki peran semantis sebagai berikut.Contoh kalimat

Nenek memakai kain untuk mandi di sungai bahasa daerah Sikka nya  ina pake lipa utang hui e wair ban. Contoh  di  atas  memiliki  peran  semantis  yaitu, Nenek dalam bahasa daerah Sikka adakah ( Ina) adalah pelaku,  yakni orang  yang  melakukan  perbuatan  memakai  kain

(Pake lipa utang) Sedangkan kain(lipa utang) adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan oleh pelaku. Nenek dikatakan memiliki peran semantis dikarenakan  Nenek merupakan  subjek  yang  yang  dikategorikan  sebagai  pelaku  atau orang  yang  melakukan  perbuatan  memakai  kain  dan  kain  dikategorikan  sebagai sasaran atau terkena perbuatan oleh pelaku atau Nenek.Penjelasan  diatas  dapat  memberikan  simpulan  jika  sarung tradisional memiliki makna tersendiri dalam penyebutan kalimatnya pun berbeda dengan bahasa Indonesia…. Akan tetapi tujuan nya samavsana memiliki manfaat dan makna tersendiri. Dalam bahasa Maumere Sikka gambar mau ikat  bahasa daerah Sikka desa wairkoja  Pete gambar artinya gambar mau ikat motif (rusa) gambar kursi( gambar kedera)],manusia[biang) , lintah[lintah], koo[paku], tiang tiang  rambai [A’ilorun)  benang(kapa) Ekur Bolen adu pati,penyelepit

berada  pada  posisi  objek,  maka  memiliki  peran  semantis  sebagai sasaran dan subjek  yang  menyertainya  di  awal  kalimat  memilikin  peran  semantis sebagai  pelaku  seperti  halnya  contoh  di  atas,  Nenek  berada  pada  posisi  subjek diletakan  di  awal  kalimat  dan  diikuti  oleh  objek  seperti  kain  maka  Nenek  akan memiliki  peran  semantis  sebagai  pelaku  dan  kain  memiliki  peran  semantis  sebagai sasaran

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan berdasarkan analisis pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa ada tiga makna yang  terdapat  dalam  penelitian  ini  yaitu  makna  leksikal,  makna  gramatikal,  dan makna kolokatif. Adapun hasil analisis dari submasalah yang ada dalam penelitian ini yaitu  pendeskripsian  makna  leksikal,  komponen  makna,  jenis  makna,  dan  peran semantis  kosakata  pada  tenun  ikat  tradisional  Maumere Desa wairkoja yaitu  terdapat  18 kosakata  pada  tenun  ikat  tradisional  Maumere Desa wairkoja   berupa  motif,  12  kosakata pada tenun ikat,alat, 8 kosakata pada bahan,   dan   8   kosakata   pada   tenun berupa  hasil  tersebut  yang  terkumpul  dalam  penelitian ini.

Saran Berdasarkan hasil penelitian disarankan hal-hal  sebagai  berikut:

(1)  Hasil penelitian  ini disarankan  agar  penelitian  bahasa  lebih  ditingkatka) karena  bahasa daerah   merupakan   sumber   perbendaharaan   bahasa   Indonesia.   Penelitian   bahasa daerah  akan  dapat  mencerminkan  keragaman  bahasa  dan  mempertebal  rasa  cinta terhadap  tanah  air.

(2)  Kosakata  pada  tenun  ikat  tradisional  Maumere Desa wairkoja  diharapkan  dapat  dikembangkan  menjadi  kamus  kosakata  agar  tetap  terpelihara  dan terjaga.

(3) Hasil penelitian kosakata pada tenun ikat tradisional Maumere Desa wairkoja  disarankan   agar   dapat   dijadikan   pedoman   bagi   guru   untuk   dijadikan  bahan ajar. Pemerintah  juga  harus  mendukung  bagi  pengayaan  kurikulum  pendidikan  mata pelajaran muatan  lokal.

(4)  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  dijadikan  pedoman bagi  peneliti  selanjutnya  untuk  meneliti  kosakata  pada  tenun  ikat  tradisonal  Maumere Desa wairkoja kecamatan kewapante   dari  segi  yang  berbeda,  sehingga  peneliti  selajutnya  dapat melengkapi kajian tentang semantik khususnya semantik leksikal dengan masalah yang lain.

DAFTAR RUJUKAN Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku panduan Bahasa Indonesia melalui Perpustakaan desa geliting, Balai Pustaka.Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Metode Penelitian Bahasa Maumere bersama salah satu warga desa wairkoja, sebagian mencari di internet.

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Ketentuan pengiriman naskah opini :
Naskah dikirim ke alamat email redaksimajalahglobal@gmail.com dan memberikan keterangan OPINI di kolom subjek serta konfirmasi melalui WhatsApp 081334072808
Sertakan identitas, foto dan nomor handphone atau email
Hak muat redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *