Halsel – Majalahglobal.com. Diduga ulah dar kinerja kedua Suami istri H. Kahar dan H. Sudarmi selaku pegawai di Rumah Sakit Umum (RSUD) Obi, Kabupaten Halmahera Selatan. Provinsi Maluku Utara. Membuat pasien yang datang berobat harus terhambat proses penahanan oleh Medis.
Pasalnya, H. Kahar sebagai perawat di sana diduga banyak kesibukan beraktifitas mengurus sapi peliharaannya, sehingga hal ini menimbulkan kecemburuan sosial bagi perawat atau pegawai lainnya yang menyebabkan pasien harus terlantar.
“Pegawai maupun perawat di RSUD Obi ini, itu ulah dari kinerja dua suami istri sehingga pelayanan di sini saling tarik menarik makanya banyak kami yang datang berobat meski dalam kondisi kritis harus menunggu sampai berjam jam barulah ada pelayanan. Bahkan dalam sehari tidak mendapat pelayanan yang maksimal,”tutur salah satu pasien enggan menyebutkan namanya, minggu (06/7/2025).
Sementara, beberapa pegawai RSUD kepada Media ini, mengaku meskipun selalu aktif melaksanakan tugas sesuai SOP. Namun, “Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) milik sejumlah pegawai di RSUD Obi, kerap kali mendapat pemotongan yang bervariasi mulai dari Rp.200 hingga Rp.1.000.000 per orang tiap kali terima,” Tambahnya.
“H.Kahar jarang masuk kerja sebagai perawat di sini karena banyak mengurus sapinya, tetapi TPP nya tidak ada pemotongan sama sekali. Kalau istrinya itu H. Sudarmi selaku kepala seksi RSUD Obi sehingga meski suaminya banyak alpa tampa keterangan tetapi apsennya selalu aktif masuk kerja,” Ungkapnya.
Lebih lanjut, mereka membenarkan bahwa sapi peliharaan milik H. Kahar seringkali di ikat dilingkungan RSUD, membuat areal sekitarnya tercemar dengan kotoran sapi.
“sapi sapi peliharaan milik H. Kahar ini sering kali di ikat sini makanya kotorannya tercemar, apa lagi kalau musim hujan itu bau busuknya menguap ke ruangan rumah sakit,” Terangnya.
Terkait hal ini, para sumber meminta Bupati Halmahera Selatan Hassan Ali Bassam Kasuba, melalui kepala dinas kesehatan agar segera mengevaluasi kinerja H. Kahar bersama istrinya yang diduga saling melindungi.
“Demi kelancaran penanganan pasien kami berharap kedua suami istri ini harus di evaluasi oleh Bupati atau kepala dinas kesehatan barulah pelayanan di RSUD Obi, bisa berjalan maksimal sesuai SOP. selama keduanya tidak di evakuasi maka pekerjaan disini tidak berjalan sesuai prosedur. Harap mereka di sana,”
Hal ini, H. Kahar dan istrinya masih dalam upaya konfirmasi sehingga berita ini di turunkan belum ada tanggapan resmi dari keduanya.
Begitu juga direktur RSUD Obi Halsel, ketika di hubungi Via telfon tidak merespon meski nomor hpnya aktif.
(Jurnalis/Kandi)