Filosofi Ketupat Lebaran di Indonesia Khususnya di Pulau Jawa

Sidoarjo, majalahglobal.com – Lebaran Ketupat atau Riyoyo Kupat adalah sebuah tradisi peringatan hari raya Idul Fitri di Indonesia, khususnya oleh masyarakat Jawa. Lebaran Ketupat biasanya dilakanakan pada hari kedelapan hari raya Idul Fitri, yang artinya pada 8 Syawal dengan ditandai memakan Ketupat.

Kupat atau ketupat merupakan simbol perayaan hari raya islam di Jawa sejak masa Pemerintah Demak pada abad ke- 15.

Filosofi Ketupat Lebaran di Indonesia Khususnya di Pulau Jawa
Filosofi Ketupat Lebaran di Indonesia Khususnya di Pulau Jawa

Ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Ketupat merupakan demitologisasi desakralisasi pemuja Dewi Sri yang dimuliakan sejak masa kerajaan Majapahit dan Pajajaran.

Beras melambangkan nafsu dunia, janur adalah jatining Nur hati nurani, ketupat (ngaku lepat, mengaku bersalah), anyaman janur adalah kompleksitas masyarakat jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi, bentuk ketupat adalah kiblat papat “mata angin”, limo pancer “kiblat” arah kiblat.

Baca Juga :  Hal-Hal yang Penting Dipertimbangkan Sebelum Memiliki Asuransi Penyakit Kritis

Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba’da atau bakda lebaran, dan bakda kupat yang artinya sesudah lebaran atau sesudah kupat.

Kemudian tradisi ketupat pada saat perayaan lebaran tersebut diawali dengan penyebaran agama islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga.

Bakda lebaran merupakan prosesi pelaksanaan sholat id mulai dari 1 syawal dengan berkunjung untuk saling bersilaturahmi, dan tradisi ini biasanya saling bermaaf – maafan antara keluarga, dan sanak saudara. (Ldy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *