Kutai Barat – Pemerintah kabupaten Kutai Barat dibawah kepemimpinan Bupati Fx.Yapan dan wakil Bupati Edyanto Arkan mengalihkan perhatian pembangunan yang sebelumnya terfokus pada perkotaan ke daerah pinggiran atau kampung – kampung. Pasalnya masih banyak daerah yang terisolir dan minim infrastruktur, khususnya daerah sentra ekonomi, pariwisata dan budaya.
“Kita bergeser fokus ke daerah penghasil komoditi, misalnya daerah penghasil sayur sayuran, buah-buahan, ikan, kerajinan maupun wisata. Itulah konsentrasi pembangunan kita,” ungkap wakil bupati pada saat media gathering di Resto Ria Barong Tongkok, Sabtu (11/02/2022).
Edyanto mencontoh daerah penghasil buah kampung Intu Lingau Kecamatan Nyuatan. Jika dulu harus ditempuh 6-10 jam dari kampung ke kota. Kini masyarakat Intu Lingau bisa bernafas lega untuk menuju kota hanya membutuhkan waktu satu jam lebih ini terwujud berkat di bangunnya jalan dan jembatan secara marathon oleh pemerintah.
Contoh lainnya jalan di wilayah kecamatan Jempang menuju sentra kerajinan, budaya dan perikanan di kampung Mancong, Tanjung Isuy, Tanjung Jone dan sekitar terus diperbaiki pemerintah.
Wabup menambahkan, saat ini pembangunan di kota seperti tidak terlihat karena memang selama periode Yakan lebih mementingkan pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah.
“Jadi kalau di ibukota kabupaten tidak terlihat mercusuar, kami akui karena kebutuhan kita akan bangunan bangunan besar tidak terlalu mendesak, beda dengan zaman Bupati pertama, kita sangat membutuhkan seperti perkantoran dan lain -lainnya,” tandas Edyanto.
Orang nomor dua di kabupaten Kutai Barat itu juga menambahkan konsentrasi pembangunan oleh pemkab tidak hanya jalan dan jembatan namun memperhatikan sektor lainnya. Antara lain daerah yang belum tersentuh aliran listrik. Pemkab terus bekerja hingga akhirnya dari 190 kampung dan 4 kelurahan saat ini tersisa 40 kampung yang belum di aliri listrik.
“Ada berapa kemajuan yang merupakan upaya kita terus menerus meski belum selesai yaitu listrik banyak kecamatan yang belum nyala 24 jam,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, contohnya kecamatan penyinggahan, muara pahu, Long iram. Jika sebelumnya tiga kecamatan ini hanya menikmati listrik 12 jam, kini sudah 24 jam.
Kecamatan Bongan yang sebelumnya tidak tersentuh Listrik PLN saat ini sudah bisa menikmati listrik. Kampung Gusik, Resak, Jambuk sekarang sudah 24 jam. Demikian juga kecamatan siluq Ngurai yang sebelumnya hanya 6 jam sehari sekarang 24 jam.
“Kita semua bangga dan senang. Bayangkan kita di ibukota listrik 24 jam, mereka tidak ada, listrik bayar 1 juta satu bulan untuk satu rumah, itulah yang kita kejar,” ujarnya.
Wakil Bupati Kutai Barat mengakui tantangan utama pembangunan di kubar adalah luas wilayah dan topografi yang sulit pasalnya daerah dengan 16 kecamatan 190 kampung dan 4 kelurahan ini memiliki luas total 20.000 meter persegi, sementara anggaran pemerintah terbatas belum lagi ada bidang lainnya yang harus di perhatikan pemerintah baik pendidikan, kesehatan, sosial dan sebagainya.(Kornelius Sunardi)