Inovasi Casing Apikk, Cara Puskesmas Gedongan Kota Mojokerto Dukung Program ASI Eksklusif Cegah Stunting

Inovasi Casing Apikk, Cara Puskesmas Gedongan Kota Mojokerto Dukung Program ASI Eksklusif Cegah Stunting
Inovasi Casing Apikk, Cara Puskesmas Gedongan Kota Mojokerto Dukung Program ASI Eksklusif Cegah Stunting
Majalahglobal.com, Mojokerto – Puskesmas Gedongan memiliki perhatian khusus akan persoalan stunting, mengingat pada tahun 2020 di wilayah kerja puskesmas masih terdapat kejadian stunting sebanyak 69 anak. Salah satu upaya mencegah stunting adalah dengan dilakukan pemberian ASI eksklusif.

 

Pemberian ASI eksklusif ini penting, terutama dalam kurun waktu 6 bulan usia bayi. Mengingat pada usia tersebut bayi tidak dianjurkan dianjurkan menerima makanan dan minuman lain, sehingga ASI adalah sumber nutrisi utama bayi. Sementara pencapaian bayi mendapatkan ASI eksklusif di wilayah puskesmas Gedongan masih mencapai 72%.

 

Untuk meningkatkan capaian pemberian ASI eksklusif tersebut, Puskesmas Gedongan berinovasi dengan CASING APIKK (Cegah Stunting dengan ASI Eksklusif Melalui Pendampingan Nakes dan Kader)

 

“Kegiatan Casing Apikk ini sejak calon pengantin akan menikah hingga hamil dan melahirkan. Saat perempuan hamil, nakes melakukan pemantauan kondisi kesehatan ibu hamil dan melakukan kegiatan kelompok ibu hamil agar mereka mendapat banyak pengetahuan tentang pencegahan stunting dan tentang ASI eksklusif,” ujar Kepala Puskesmas Gedongan drg. Anitiyas Rosida, Senin (8/1/2021).

Baca Juga :  Hadiri Halal Bihalal, Bupati Ikfina Minta FKM Kabupaten Mojokerto Tularkan Kebaikan

 

Berikutnya juga diberikan pemberian konseling / edukasi personal pada ibu hamil trimester 3. Pada konseling privat ini dilakukan oleh tim konselor secara integrasi yang terdiri dari bidan, perawat, ahli gizi dan dokter. Selain itu pemantauan dengan mengunjungi rumah para ibu hamil hingga melahirkan juga dilakukan oleh para kader.

 

Pemantauan oleh kader kesehatan ini terus dilakukan seminggu sekali hingga bayi berusia enam bulan. Dalam setiap kunjungan pemantauan, kader kesehatan membawa buku pantau ASI dan akan diisi oleh kader sesuai dengan kondisi ibu menyusui.

 

“Sebagai penutup program, para ibu menyusui yang lulus program ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan, akan mendapat sertifikat ASI eksklusif yang disahkan oleh kelurahan dan puskesmas. Ini sebagai bentuk penghargaan bagi para ibu pejuang ASI eksklusif,” pungkas drg. Anitiyas Rosida. (Jay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *