Lahan Pertanian Kian Susut, Banjir Besar Ancam Kota Mojokerto

MOJOKERTO  – MG : Tingginya alih fungsi tanah untuk perumahan, berimbas pada sempitnya lahan pertanian Kota Mojokerto. Dari tahun ke tahun, penyusutan lahan mencapai angka 10 persen. Jika terus dibiarkan, Kota Mojokerto bisa terancam banjir besar. Demikian diungkapkan Muraji, Kepala Bidang Pertanian di Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Mojokerto, kemarin (8/1).
    
“Sesuai laporan penggunaan lahan yang kita laporkan ke Badan Pusat Statistik dan Kementrian Pertanian tahun 2013 lalu, luas lahan pertanian kita kini tersisa 614 hektar saja. Angka tersebut bisa jadi semakin kecil, mengingat tiap tahun selalu ada pentusutan lahan sekitar 10 persen, ” ujarnya.
    
Muraji menjelaskan, dari 614 hektar lahan tani tersebut, 351 hektar diantaranya merupakan lahan irigasi dan 12 hektar lahan sisanya merupakan lahan tadah hujan. ” Dari total luas lahan itu, seluruhnya ditanami padi. Dengan intensitas menanam satu hingga tiga kali pertahunnya,” terangnya.
    
Penyusutan terbesar, lanjut Muraji, banyak terjadi di wilayah Kecamatan Prajurit Kulon. Ini terbukti dari sisa lahan yang hanya mencapai 251 hektar saja. Cepatnya penyusutan ini, menyusul arah kebijakan pembangunan Kota Mojokerto yang memploting wilayah dengan 10 kelurahan ini menjadi kawasan perkantoran dan pendidikan sejak tahun 2009 lalu.
    
“Yang drastis susutnya memang Kecamatan Pralon, kalau Kecamatan Magersari relatif stabil, jikalaupun ada penyusutan paling sekitar 10 persen saja,” jelas Muraji sembari menyebut luas lahan pertanian Kecamatan Magersari kini tersisa 363 hektar.
    
Muraji menambahkan, luas lahan yang masih tersisa 614 hektar ini terbilang masih normal. Pasalnya, dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Pemerintah Kota Mojokerto, lahan abadi yang harus disediakan hanya sekitar 104 hektar saja. “Saya kira pesatnya pembangunan infrastruktur yang menggeser lahan pertanian di kota masih wajar-wajar saja. Asalkan, lahan abadi yang dibuat sebagai penyeimbang ekosistem lingkungan tetap sesuai porsinya. Sebab jika tidak, bisa berakibat pada bencana banjir,” tukasnya.
    
Untuk itu, ungkap Muraji, Disperta Kota Mojokerto selalu berkomitmen untuk mengamankan lahan abadi ini. Terutama penyelamatan lahan abadi yang bukan menjadi aset pemkot. “Masih banyak kawasan lahan abadi yang menjadi milik perorangan, kita berkomitmen tetap mengamnkan lahan itu. Dengan cara mempertahankan lahan agar tidak beralih fungsi. Jika perlu kita akan membeli lahan itu agar aman menjadi aset Pemkot,” pungkasnya. (Jay)
Exit mobile version