Tetap Istiqomah, Warga Dusun Banjarsari Menggelar Rutinan Khotmil Qur’an dan Kirim Doa Kepada Ahli Kubur

Tetap Istiqomah, Warga Dusun Banjarsari Menggelar Rutinan Khotmil Qur’an dan Kirim Doa Kepada Ahli Kubur
K.H. Mathori Hasan
Majalahglobal.com, Mojokerto – Tetap dijalur istiqomah, warga Dusun Banjarsari Desa KedunglengkongK ecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto menggelar kegiatan rutinan Khotmil Qur’an dan Kirim Doa kepada para ahli Kubur pada Minggu (5/1) bertempat di Aula Makam Eyang Tumenggung Soekarto Widjoyono.

 

Pada kegiatan periode ke-9 (sembilan) ini dihadiri ratusan warga yang berasal dari Dusun Banjarsari dan warga dusun sekitarnya. Acara dimulai sehabis sholat subuh dengan kegiatan Khotmil Qur’an yang dipimpin oleh Kyai Mathori Hasan.

 

Kemudian untuk selanjutnya dilanjutkan kegiatan kirim doa kepada sesepuh Dusun Banjarsari yaitu Eyang Tumenggung Soekarto Widjoyono dilanjutkan pembacaan doa kepada para ahli kubur atau orang tua yang sudah meninggal. Dilanjutkan kemudian dengan kegiatan manaqib.

 

Selesai acara manaqiban dilanjutkan dengan kegiatan pembacaan shalawat nabi yang diiringi oleh group sholawat Al-Haddad Djawa Dwipa yang dipimpin oleh Ustad Rosid, Ustad Mifta, Ustad Khoirul, Ustad Mat dan Ustad Isman hingga menjelang Sholat Dhuhur.

 

Pembacaan sholawat ini merupakan ungkapan cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, serta pengharapan agar berkat dan rahmat Allah senantiasa tercurah kepada keluarga, masyarakat, dan setiap individu yang hadir di acara tersebut.

Ustad Mifta

Sehabis sholat Dhuhur berjamaah, acara utama dimulai dengan pembukaan acara oleh Ustad Khoirul, dilanjutkan kegiatan tahlil oleh Ustad Mifta. Dilanjutkan dengan pengajian singkat dan doa oleh Kyai Mathori Hasan. Acara diakhiri dengan makan bersama dengan hidangan 6 (enam) tumpeng yang disediakan oleh panitia.

 

Dengan kebersamaan warga yang datang dengan makan bersama, suasana menjadi semakin meriah, menggambarkan sinergi antara tradisi, spiritualitas, dan kearifan lokal yang meneguhkan komitmen mereka untuk saling mendukung dan menjaga nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.

Grup Sholawat Al-Haddad Djawa Dwipa

Sementara itu, Ketua LBH Djawa Dwipa, Hadi Purwanto, S.T., S.H. selaku penanggungjawab kegiatan ini saat diklarifikasi para awak media mengucapkan rasa syukur dan terima kasih bahwa kegiatan rutinan ini berjalan dengan baik.

 

“Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT kami diberikan kesempatan untuk istiqomah mengadakan kegiatan rutin ini. Tak terasa kegiatan rutin ini sudah berlangsung ke-9 kalinya. Terima kasih atas dukungan semua pihak sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Atas ridho Allah SWT, kami bertekad dan berkomitmen akan terus istiqomah menggelar kegiatan rutin ini,” jelasnya.

Makan Nasi Tumpeng Bersama

Diterangkan juga oleh Gus Hadi bahwa makna tersirat dari kegiatan ini adalah pentingnya bagi kita semua untuk mengingat kematian.

 

“Cepat atau lambat, kita semua akan kembali berpulang kehadirat Allah SWT. Sehingga kita tersadar untuk terus memperbaiki diri dan menyiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti. Dan tidak kalah pentingnya juga kita menanamkan kesadaran bahwa kewajiban seorang anak ketika orang tuanya sudah meninggal adalah yang paling utama adalah mendoakannya,” ungkapnya.

Dari kiri: Hadi Purwanto, Jayak Mardiansyah, Rudiyanto

Jadi, kewajiban berbakti kepada orang tua tak hanya ketika mereka masih hidup saja. Kewajiban seorang anak ketika orang tuanya sudah meninggal adalah tetap berbakti kepada keduanya. Bakti seorang anak tidak akan berhenti meskipun orang tuanya sudah meninggal. Bahkan Rasulullah SAW pun pernah mengajarkan cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal dunia. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah dan Baihaqi berikut ini:

 

Dari Abi Usaid Malik bin Rabi’ah as-Sa’idiy, ia berkata, “Pada suatu waktu kami duduk di samping Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Sa’idah lalu bertanya:

 

“Wahai Rasulullah, apakah masih ada kesempatan untuk aku berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal?” Lantas beliau menjawab, “Iya, ada empat hal. Pertama, menyolati keduanya. Kedua, memintakan ampunan untuk mereka. Ketiga, melaksanakan janji atau tugas mereka setelah wafat. Keempat, memuliakan teman sejawatnya serta selalu menjalin tali silaturahmi atau menjalin hubungan baik kepada mereka.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Baihaqi).

 

Diakhir klarifikasinya, Gus Hadi mohon doa restu kepada semua pihak agar kegiatan rutin ini bisa terus istiqomah dilaksanakan.

 

“Tidak ada kepentingan politik dalam kegiatan yang kami adakan ini. Murni kegiatan ini kami adakan untuk mengharap ridho Allah SWT semata. Kami bersama teman-teman ingin bermanfaat bagi kehidupan ini, bermanfaat bagi agama dan bangsa ini,”terangnya. (Jay/Adv)

Exit mobile version