
Untuk bisa menjadi pemimpin maka harus menjadi abdinya ummat, bukan mencari ummat. Itu adalah maqolah guru kami Syekh Achmad.
Maksudnya seorang yang akan menjadi pemimpin harus bisa menjadi pelayan ummat. Dalam arti ia harus rela mengorbankan kepentingan pribadinya, demi mewujudkan kepentingan orang banyak.
Salah satu contohnya adalah seorang santri, yang setiap harinya ia melakukan pekerjaan membersihkan pondok dan memasak untuk santri yang lain. Maka ketika nantinya ia terjun ke masyarakat akan siap untuk menjadi pemimpin yang selalu melayani umat. Karena ketika mondok ia sudah mampu mengemban amanah dengan terbiasa mengabdi atau melayani kepentingan orang lain.
Berikutnya pemimpin bukanlah seorang yang mencari umat atau mencari perhatian masyarakat. Tipe seperti ini harus kita hindari, karena tidak akan bisa menjadi pemimpin yang baik. Karena ia dalam bertindak atas dasar kepentingan pribadinya, sehingga tidak ikhlash dalam melayani masyarakat.
Ada sebuah hadits Nabi Muhamnad SAW yang menyatakan :
سيد القوم خادمهم وساقيهم آخرهم شربا
Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka, dan yang memberikan air kepada suatu kaum adalah yang paling terakhir minum.
Hadis ini menjadi dalil bahwa kebijakan seorang pemimpin harus berorientasi pada kepentingan rakyatnya.
Untuk itu jika kita menjadi pemimpin pada lembaga atau organisasi,
maka kita harus meneladani Rosulullah SAW.
Yang mana sepanjang hidup beliau, selalu mengutamakan kepentingan ummatnya. Dan juga senantiasa amanah dan menjadi pengayom, serta berlaku adil pada ummat.
Salah satu contohnya adalah baginda Nabi Muhammad SAW, selalu menganggap sama antara rakyat kecil ataupun orang kaya. Setiap mendapat undangan dari rakyat kecil, nabi tetap hadir untuk menghormatinya dan tidak membeda bedakan.
Semoga semua pemimpin negara ini bisa meniru keteladanan Rosulullah SAW yang sukses menjadi pemimpin ummat sedunia. Sehingga negara ini bisa menjadi negara yang adil, makmur, bagus dan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin. (Ayoeb)