Ingin Mulia, begini caranya

Ingin Mulia, begini caranya

Adanya keinginan adalah awal dari penderitaan. Kata kata tersebut merupakan Dawuh Guru kami Syekh Acmad.
Seringkali kita menderita dengan keinginan sendiri, contoh ketika ingin makan bakso tapi tidak terwujud karena penjual bakso tidak kunjung datang, maka keinginan seperti ini naif dan tidak bermanfaat karena hanya untuk diri sendiri.

Tetapi kalau kita menderita karena ingin mewujudkan keinginan orang lain maka itu termasuk perkara mulia, karena lebih mulia orang yang memuliakan daripada orang yang dimuliakan, maksudnya ketika sesorang itu meringankan beban orang lain contoh seorang Ayah yang banting tulang demi keluarganya, atau seorang santri yang rajin tandang atau ringan tangan dalam menjaga kebersihan Pondok dan juga pemuda yang aktif ikut kegiatan gotong royong untuk kemajuan kampungnya, itu semua adalah contoh orang orang yang rela menderita untuk keinginan atau kepentingan orang banyak dan juga sudah pasti termasuk golongan orang yang mulia, dikarenakan mampu mengesampingkan urusan pribadinya untuk kepentingan dan kemanfaatan bagi orang banyak.

Baca Juga :  Rahasia Menang Maxwin dengan Pola SCATTER Jitu di Gates of Olympus!

Untuk itu kemuliaan seseorang itu tergantung dari kemuliaan Orang / sesuatu yang diikutinya, contoh umat sebelum Rosul SAW, belum menyandang predikat sebagai umat terbaik, akan tetapi kalau umat Rosul SAW itu sudah pasti merupakan Umat terbaik, karena kemuliaan umat ini mengikuti kemuliaan Rosul SAW,begitu juga kemuliaan dan kealiman santri itu mengikuti pada kealiman dan kemuliaan Gurunya dan juga kulit sapi itu kalau yang diikuti itu kayu, maka nilainya biasa saja, tetapi kalau kulit sapi itu dijadikan sampul Alquran, maka ia akan mengikuti kemuliaan dari Alquran tersebut.

Oleh sebab itu kita hendaklah berhati hati dalam memilih dan menyandarkan khidmah serta mahabbah ( cinta ) kita,pada siapa kita seharusnya berkhidmah yg kelak menjadi warna dalam kehidupan,baik dunia maupun akhirat. Dan juga karena pada akhirnya mau tidak mau suatu saat kita pasti di tuntut untuk menjadi pengganti dari keberadaan guru atau pembimbing/orang yang kita khidmahi ,karena merekalah orang orang yang selalu berkhidmah pada Allah dan RasulNya, dan itu sesuai dengan yg di isyaratkan oleh al-imam Ibnu Malik dalam kitab al-fiyahnya “seorang santri,sebagai orang yang sangat dekat dengan Gurunya ia harus siap menjadi pengganti gurunya”.
وما يلي المضاف ياتي خلفا#عنه في الاعراب اذا ما حذفا .

Baca Juga :  Respon Wakil Presiden

Ayoeb Taufani Zaman.
PonPes Khomsani Nur.
Referensi Kitab Alfiah karangan Ibnu Malik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *