Kaya Mendadak sejak Ikut Dimas Kanjeng

PASURUAN – MP : Dodi Wahyudi, warga Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, disebut sebagai salah satu “sultan” dalam padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Ia dicurigai menyimpan uang dalam jumlah sangat besar yang diduga berasal dari para pengikut Taat Pribadi. Sultan adalah istilah Dimas Kanjeng menyebut koordinator pengumpul mahar atau pengepul.
    
Kapolres Pasuruan AKBP M Aldian membenarkan Dodi Wahyudi sudah lama menjadi pengikut Taat Pribadi. Sejak jadi pengikut Padepokan Dimas Kanjeng, Dodi menjadi kaya raya.
    
“Soal kebenaran uang yang dibawa, masih kami telusuri kebenarannya. Namun menurut informasi yang kami dapatkan, Dodi kaya mendadak sejak jadi santri Dimas Kanjeng,” kata M Aldian, Senin (3/10/2016).
    
Aldian menyebut, pihaknya sudah dua kali mendatangi rumah Dodi namun pria asli Probolinggo yang menikahi wanita Desa Gunung Gangsir tersebut tidak berada di rumah. Aldian menyebut, sejak Dimas Kanjeng tertangkap, Dodi sudah tidak tampak di rumahnya.
    
“Kami sudah ke rumahnya tapi tak bisa menemui. Sekarang saya dan anggota mau ke sana lagi,” kata Aldian.
    
Kabar uang dalam jumlah besar ini muncul saat rombongan Komisi III DPR RI menemui Taat Pribadi di Mapolda Jatim, Sabtu (1/10). Taat Pribadi mengatakan total uang yang sudah dikumpulkan dari pengikut berjumlah Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun.
    
“Pembicaraannya (Dimas Kanjeng) tidak jelas. Saat ditanya Komisi III DPR IR, (dana) yang sudah dikumpulkan antara Rp 500 miliar sampai Rp 1 triliun,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono, Minggu (2/10).
    
Taat Pribadi menyebut uang itu saat ini disimpan di orang terdekatnya di Pasuruan. Orang itu belakangan disebut bernama Dodi Wahyudi.
Taat Pribadi sendiri sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan dua mantan pengikutnya, Gani dan Ismail. Pria asal Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo itu juga jadi tersangka penipuan dan penggelapan.
Di Makassar
Salah seorang warga yang tinggal di sekitar Padepokan Dimas Kanjeng yang bernama Boy (32), di jalan Bontobila, Kel. Batua, Kec. Manggala, Kota Makassar, mengaku pernah mendapatkan beberapa lembar uang palsu pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000, di belakang bangunan padepokan yang berbatasan dengan tanah rumahnya.
     
Sebelumnya Boy berperan sebagai juru parkir saat padepokan yang dulunya rumah politisi Marwah Daud Ibrahim.
    
“Sekitar tahun 2013 lalu, saat padepokan masih ramai, saya pernah dapat puluhan lembar uang pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000. Tapi saya curiga karena kertasnya tipis dan tidak memiliki tekstur, setelah saya rendam di air ternyata tintanya luntur. Saya tidak berani lapor ke polisi, saya kasih ke anak-anak dekat rumah untuk jadi uang mainan,” ujar Boy.
    
Menurut Boy, padepokan sudah mulai sepi sekitar awal tahun 2016 ini. Saat ramai, beberapa “santri” padepokan yang sudah berumur, pernah menjanjikan akan membelikan sepeda motor pada Boy jika duit yang dijanjikan Dimas Kanjeng sudah cair.
    
“Saya tidak paham bentuk ajarannya, karena mereka ibadah dengan menutup pintu. Saya tahunya atur kendaraan santri saja. Saya tidak ngerti ada yang janji sepeda motor kalau sudah dapat uang dari guru besarnya,” tambah Boy. (Choirul)

Berita Majalah Global Edisi 061, Oktober 2016 :

Tax Amnesty RI Terbaik di Dunia
Polres Kediri Sosialisasikan Program E-CJS Plus
Keluarkan Bau Busuk, DPRD Kabupaten Mojokerto Ingatkan Pabrik Karet PT.BNM
Pajak Hotel dan Restoran Dikordinasikan Bersama PHRI dan Polres Mojokerto
Walikota Mojokerto: Angka Pengangguran Makin Tahun Kian Susut
Pangdam: Prajurit TNI Siaga di Lokasi Bencana
Kaya Mendadak sejak Ikut Dimas Kanjeng
Kerajinan Jimbe Banyuwangi Tembus Pasar Dunia

Exit mobile version