JAKARTA – MG : Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar semua pihak menghindari penyelesaian masalah dengan unjuk kekuatan (show of force) karena akan lebih banyak menimbulkan kerugian baik dalam segi waktu, biaya maupun timbulnya kecurigaan antarsesama.
“Marilah kita menghindari penyelesaian masalah dengan ‘show of force’ karena kalau menjadikan rutinitas berapa banyak waktu kita yang hilang, berapa biaya harus dikeluarkan, berapa sering kecurigaan yang timbul, semuanya menjadi beban seluruh bangsa ini,” kata Wapres di Jakarta, Sabtu.
Wapres menyampaikan hal tersebut saat menghadiri pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Nasional Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) di gedung Nusantara IV Komplek DPR/MPR di Jakarta.
Wapres mengatakan saat-saat ini bangsa Indonesia membutuhkan lebih banyak persatuan dan sebagai bangsa dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia tidak ingin kembali seperti tahun 60-an dimana zaman tersebut selalu terjadi pengerahan massa untuk menunjukkan kebesaran bangsa.
Namun pemerintah tidak melarang setiap warga negara untuk berekspresi termasuk berdemonstrasi karena merupakan hak warga bangsa untuk berdemokrasi.
Unjuk kekuatan dengan berbagai tema menurut Wapres kalau memang dibutuhkan tentu sewaktu-waktu perlu memperlihatkan ekspresi. “Tetapi kita ingin menghindari adanya ‘show of force-show of force’ yang bisa menimbulkan masalah-masalah baru bangsa. Karena itu harus dilakukan penyelesaian masalah secara baik,” tambah Wapres.
Menurut Wapres, yang terpenting adalah menjaga keutuhan bangsa meski masing-masing mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasinya.
Pada bagian lain arahannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan semua harus mempersiapkan diri untuk bela negara, bukan hanya pada saat terjadi perang. “Bela negara bukan hanya perang, tapi juga memajukan negeri ini dengan baik dan berkeadilan,” kata Wapres Kalla.
Wapres mengatakan, secara spirit warga bangsa harus mempersiapkan diri setidaknya dalam bentuk disiplin.
Lebih lanjut Wapres mengatakan, ke depan yang dihadapi berbeda bukan perang dalam arti orang banyak yang berperang melainkan memanfaatkan teknologi. “Sekarang ini banyak negara tidak lagi ada wajib militer karena jauh profesional dan yang berperang tidak lagi orang tapi melainkan teknologi,” katanya.
Dia mencontohkan seperti Korea Selatan, Singapura kemajuan negaranya didasari oleh disiplin saat wajib militer sedangkan Indonesia tidak mengenal adanya wajib militer tapi lebih resimen mahasiswa.
Wapres menceritakan sejarah resimen mahasiswa (menwa) di Indonesia dimulai saat Trikora dan Dwikora melalui sukarelawan-sukarelawan. “Kita tidak punya undang-undang wajib militer maka jadi wajib latih sehingga berdirilah latihan seperti itu untuk bela negara, maka setelah itu dibentuk resimen mahasiswa dalam rangka menyiapkan generasi muda sebagai cikal bakal kalau terjadi perang atau bela negara,” katanya.